0 Problema Pacaran

"Cewek: Gila juga lo, bro. Masa cewek lo kagak lo anterin balik, sih? Itu kan udah tugas lo sebagai cowoknya dia.
Cowok: Gila juga lo, sis. Masa lo kagak bantuin dia? Itu kan udah tugas lo sebagai ceweknya dia."
 
 Saya yakin Anda sering melontarkan pernyataan nan pertanyaan model sejenis di atas ke teman-teman Anda ketika Anda merasa teman Anda sedang tidak menjalankan "tugasnya" sebagai seorang pacar.

Masa-masa pacaran memang masa-masa yang bisa dibilang daerah abu-abu karena terkadang terlalu banyak batasan yang dilanggar dan terlalu banyak aturan yang membuat rancu.

Beberapa hari kemarin saya melemparkan survei acak iseng ke beberapa teman wanita saya dengan pertanyaan seperti ini "Seandainya 2 orang (cowok-cewek loh, bukan cowok-cowok/cewek-cewek) yang pacaran berencana bepergian ke luar negeri, apakah sang pria sebagai cowoknya harus membayari tiket dan penginapan sang cewek selama mereka bepergian ke luar negeri?"

Jawabannya ternyata terbagi dua. Sebagian besar mengatakan bahwa sang pria seharusnya membayari (setidaknya) tiket. Dan jawaban lainnya adalah bayar sendiri-sendiri. Untuk para wanita yang menjawab pria sudah seharusnya membayari mereka tiket / penginapan / tiket + penginapan, ada sebuah jawaban yang menurut saya menarik yakni, "Itu sudah tugas dia sebagai pacar saya."

Oke, untuk saya pribadi, jelas bahwa dalam konteks suami-istri, ada batasan yang jelas antara tugas masing-masing misalnya sang istri bertugas mengatur keuangan, mengurus rumah tangga, menjaga anak dan sang suami mencari nafkah, menjadi kepala keluarga, mengambil keputusan dan lainnya. Setidaknya tugas-tugas suami istri sudah didengungkan cukup lama oleh orang tua dan juga lingkungan kita. Tetapi, bagaimana dengan pacar? Apakah tugas seorang pacar?

Terkadang saya cukup menggaruk-garuk kepala kepada para wanita yang terkesan tidak mau susah karena tampaknya semua beban ditujukan ke pacarnya si pria. Mulai dari mengantarkan dirinya kemana-mana, meminta bayari semua keperluan shoppingnya, menemani dan menunggui ke salon dan lainnya. Tidak masalah kalau pacarnya sang pria bilyuner, milyuner dan juga memiliki banyak waktu senggang. Tapi, bagaimana kalau sang pacar masih karyawan? gaji masih belumlah cukup besar, dan mungkin masih harus memberikan sebagian gajinya kepada orang tuanya?

Saya setuju dengan teman saya @Gaby bahwa ada etika dimana selayaknya seorang pria memberikan porsi yang 'sedikit' lebih besar ketimbang sang wanita karena ada masalah harga diri dan pengakuan untuk si pria dan juga bahwa sudah sewajarnya . Namun ketika sang wanita menggunakan haknya dengan mengatakan bahwa 'sudah tugas pria' membayari semua keperluan wanita ... eits, tunggu dulu.

Sadarkah Anda para wanita bahwa sebenarnya Anda tidak menghargai diri Anda sendiri apabila Anda mengatakan hal ini? Salah besar kalau Anda berpikir hanya karena Anda seorang wanita, Anda tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun karena toh, nantinya ada pasangan Anda yang membayari Anda nantinya. Kenapa? Karena para pria pun bisa menilai apakah Anda mencari semata uang saja dalam hubungan yang mereka jalani.

Saya yakin Anda juga berpenghasilan. Dan saya rasa tidaklah salah kalau Anda juga ikut mengeluarkan uang dalam masa pacaran dengan porsi yang tentunya lebih sedikit dari sang pria tapi masih di dalam kategori wajar. Saya rasa para pria akan lebih merasa menghargai Anda ketika mereka mengetahui bahwa Anda ikut andil dalam masalah keuangan meskipun harga diri mereka terkadang lebih tinggi dan gengsi kalau Anda ikut membayar. Tetapi, pria juga tidak buta dan bisa melihat effort Anda. Karena kalau dari masa pacaran saja Anda mau memberikan andil, para pria akan merasa lebih merasa bahwa ke depannya setidaknya Anda bisa diajak bekerjasama.

Kalau kepada wanita saya menggaruk-garuk kepala, kepada pria saya terkadang mengelus-elus dada. Karena saya banyak juga menemui pria yang menganggap remeh pasangan wanitanya mulai dari 'habis manis sepah dibuang' (Anda tahu maksud saya), tidak menghargai sang wanita sebagai pasangan dalam hal kecil (misalkan tidak menyimak pembicaraan), tidak menepati waktu janjian dan lain sebagainya.

Kalau pepatah mengatakan wanita adalah makhluk lemah, saya cukup setuju untuk itu karena wanita memperhatikan hal-hal kecil seperti apakah pasangannya sering memuji dia atau tidak, apakah pasangannya menyimak pembicaraan yang diajukan atau tidak ketimbang hanya mendengar, apakah pasangannya memberikan pengetahuan yang lebih luas atau tidak dan lain sebagainya. Kalau jawabannya adalah tidak atau jarang, wanita biasanya akan lebih merasa rentan dan akibatnya wanita menjadi lemah karena merasa dirinya tidaklah berharga. Jadi, Anda sebagai pria, hargailah wanita.

Balik lagi ke pertanyaan di atas, jadi tugas seorang pacar apa? Menurut saya pribadi, tidak ada batasan jelas antara apa tugas seorang pria kepada wanita dan apa tugas seorang wanita kepada seorang pria dalam konteks hubungan pacaran. Kenapa? Karena tujuan daripada pacaran adalah saling mengenal, saling berkomunikasi, mencari kecocokan dan menerima perbedaan serta mencari jalan keluar untuk beberapa perbedaan yang terkadang mencolok, membuat pondasi awal untuk rumah tangga nantinya, mengenal karakter masing-masing, menumbuhkan kedewasaan, mencari solusi untuk masalah, mengenal latar belakang keluarga, membuat sistem toleransi dan masih banyak lainnya. Jadi, menurut saya pribadi, tugas Anda selama masa pacaran adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.

Pacaran bukan hanya sekedar senang-senang dan foya-foya semata, menghabiskan uang dan setiap minggu hanya sekedar pergi hangout bersama pasangan, tetapi lebih kepada kualitas diri, menjadikan diri sendiri dan pasangan menjadi orang yang lebih baik lagi karena hidup tidak selalu berada diatas. Bukan berarti ketika Anda pacaran, tanggalan akan merah selalu. Akan ada masa-masa dimana Anda berkelahi, bertengkar, ribut besar dan hari-hari gelap lainnya. Dan disaat inilah sudah menjadi tugas Anda dan pasangan untuk mulai sadar bahwa ada tugas lainnya yang harus Anda lakukan ketimbang sekedar berfoya-foya dan menikmati nikmatnya masa pacaran.

Jadi untuk pertanyaan diatas, apakah seorang pria harus membayari sang wanita tiket / penginapan, saya cukup setuju dengan jawaban teman saya @Gaby bahwa dalam masa pacaran tidak ada kewajiban atau tugas dari seorang pria bahwa pria harus membayari ini itu dan akan lebih baik ketika masa pacaran berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dalam artian akan lebih baik ketika dicari jalan tengah bayar sendiri-sendiri atau satu pihak membayari tiket dan satu pihak membayari penginapan.

Toh, tujuan dari pacaran adalah belajar memikul beban bersama-sama dan bekerjasama untuk belajar meningkatkan kualitas diri ketika masalah datang menerpa hubungan, bukan untuk memeras keuntungan dari apa fasilitas yang pasangan Anda miliki. Saya setuju dengan ucapan pendeta senior saya di gereja @JeffreyRachmat, kalau Anda tidak membiasakan anak / pasangan Anda belajar untuk hidup susah. Maka suatu saat nanti, Anda yang akan susah.
 
sumber asli : trehaushinka.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar